Rabu, 09 Desember 2009

Jalan menuju Kemauan, Bukan Jalan menuju Kebersamaan (Egoisme)

Akhir-akhir ini banyak kejadian yang lebih perlu diperhatikan dalam memahami kepribadian sendiri dalam menentukan keputusan yang konkrit dan perlu kita suarakan untuk mem pro-kontrak kan akan kekuasaan individualita dari kalangan tersendiri, ke egoisan yang secara mendasar dalam kemauan individu yang utama sudah menonjolkan pada pribadinya sendiri. Is ok, but kita mesti melihat akan kekurangan setiap individualita-individualita ataupun kolektivita dalam lingkungan sosial secara luas, kenapa saya katakana demikian?, dalam merubah suasana yang mungkin kian mencekam itu perlu komunitas secara komunal dalam menghadapinya, menyelesaikannya dan melakukan tindak yang wajar untuk memberi sesuatu yang bermanfaat agar dapat dimengerti olehnya sebagai intelektual yang teladan bukan sebaliknya memojokkan akan ketiadaannya tapi bagaimana memberi supportivisasi kepadanya sebagai intelektual yang benar-benar berpengertian.

Didalam sebuah komunitas perlu adanya koordinator atau pemimpin untuk mengarahkan individu-individu yang dibawahinya dalam mencapai suatu visi yang orang pastinya mengharapkan visi perubahan yang lebih baik (demokralisasi) dan mapan demi perkembangan komunitasnya. Dalam komunitas / kelompok /geng atau organisasi pasti ada namanya perbedaan persepsi atau inspirasi yang menonjolkan kebodohan perbedaan, entah apakah itu perbedaan pendapat atau perbedaan-perbedaan lainnya ataupun mungkin kurangnya komunikasi komunal sehingga tercipta perbedaan yang tak bisa di elak lagi, dari ke-egoisan individu ini biasanya berkata selalu benar dan tidak menyadari akan dampak negative terhadap apa yang dikatakannya sehingga dapat menyinggung perasaan atau bisa saja menjadi konflik dalam komunitas tertentu, jadi pemimpin disini haruslah benar-benar jeli melihat keadaan yang mesti di pro-kontrak(penengah) dalam menjaga citra perbedaan, jadi sangat diminta peran aktifnya sebagai pemutus dalam penyelesaian permasalahan (in ending of problem), perlu digaris bawahi bahwa problem-problem yang muncul dari ide individu biasanya dapat merugikan satu orang dan juga bisa menguntungkan orang banyak, benar inilah pelajaran yang baru bagi seorang pemimpin. Dimana disini saya memberi sumbangsi-saran bagi seorang pemimipin bahwa dalam kepemimpinan kita harus mempunyai enam sifat pemimpin yaitu KOADePalCo (Manajemen Kepemimpinan, John Alberto) yang antara lain:

1. Koersif : Menurut permintaan dipenuhi segera mungkin
2. Otoritatif : Menggerakkan orang menuju sebuah visi/tujuan
3. Afiliatif : Menciptakan ikatan emosional dan harmoni
4. Demokratif : Membangun consensus/pemberdayaan melalui partisipasi
5. Palesetting : Mengharapkan kesempurnaan dan pengarah diri sendiri
6. Coaching : Mengembangkan orang menuju masa depan

Jadi pabila dari ke-enam gaya sifat pemimpin ini ada pada diri kita dalam memotivasi kolektif sebagai pengembang individuali dalam hal ini organisasi yang di bawahi atau digenggam, maka hal dalam perilaku memegang jabatan tidak akan banyak menuai kritikan dan wacana yang terbelit-belit (kecuali orang itu hanya mencari masalah), jikalau benar-benar dilakukan dan akan menciptakan suasana yang lebih baik jauh kedepan, akan tetapi jikalau tidak ada salah satupun sifat tersebut ada dalam diri tiap individu atau ada namun tidak di laksanakan/ditansparankan kepada komunalnya maka sama halnya mandul dalam kepemimpinannya.

Banyak orang yang mampu berfikir akan perubahan dan pembangunan suatu tujuan untuk dicapai kedepan, namun kurang menguasai metode pelakasanaanya dalam hal ini lapangan begitu pun sebaliknya yang mampu menguasai lapangan tapi sedikit banyaknya ia menguasai teorinya, ini yang lebih baik ketimbang sama sekali tidak tahu, artinya diantara sekian banyaknya orang dalam tiap organisasi yang ada hanya seberapa hitungan jari toh yang lebih tahu keseluruhannya, dibandingkan hanya diam dan menampung ide-idenya yang baik untuk dirinya sendiri, ini baru dikatakan Egoisme Self (cuek asalkan sukses). Sebagai saran dari saya bahwa “orang yang berani memunculkan ide adalah orang pemikir dan intelektual teladan asalkan ia tidak mengcopy ide-ide yang ada dalam buku. Karena itu adalah kemunafikan seorang intelektual…” (Edy).



Perilaku Dewasa
Dalam hal ini, banyak yang perlu kita lakukan dalam perwujudan diri selaku intelektual yang teladan, pengesampingan dan pembunuhan karakter sering terjadi dalam kehidupan dialetika khususnya pada kedaerahan dalam artian ”pada-padaki tau ogi”, ini yang perlu dirubah dari sejak kita tumbuh menjadi orang dewasa di kalangan tersendiri/organisasi. Biasanya hal-hal ini dapat menimbulkan perbedaan yang tidak bisa dibendung, akhirnya terjadi suatu benturan dan dari benturan tersebut terjadi suatu kelompok/geng yang ingin mempertahankan kelompoknya masing-masing dalam organisasi tersebut, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Aang (Film AVATAR, Global TV) bahwa untuk menguasai empat element (Api, Air, Udara dan Bumi/Tanah) itu butuh kecerdasan dan kesabaran dalam mempelajari secara cepat dan sempurna, tapi bagaimana melakukannya karena aku tak sabar untuk melakukannya demi kedamaian bumi ini, artinya yang saya tangkap adalah dalam membangun kepribadian perlu sifat kedewasaan diri untuk lebih memahami perilaku komunitas demi mencapai kemajuan (kesempurnaan) organisasi. Saya tahu bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini apalagi jaman sekarang, akan tetapi kesempurnaan akan tercipta apabila kita terbuka secara bersama dan melakukan hal-hal yang perlu dirobah walaupun susah memahami lawan dan kawan dalam komunitas yang jelas kita berusaha sekuat akal-pikiran dan melakukannya untuk mencapai tujuan bersama dalam organisasi.

Dari sekian banyaknya orang yang memadati bumi ini, dari sekian juga masalah selalu berdampingan bersama dan datang menhujani kita dan sampai saat ini kita tidak pernah menemui jalan keluarnya dan tidak kita sadari telah melakukannya, contoh kecil, kita sering bertanya bahwa apa yang mesti saya perbuat hari ini, esok dan masa yang akan datang. Akan tetapi kita tidak pernah merasa sadar bahwa saya ingin melakukan hal ini namun tiba-tiba saya melakukan hal lain diluar nalar saya secara bersamaan. Semua yang kita lakukan adalah nilai dan nilai serta nilai yang tidak bisa dihitung akan amalnya.

Sedikit menambahkan dari tulisan saya sebelumnya (Pengurus Harus Membuka Diri) bahwa, selama ini masih banyak yang perlu dirubah dari kedudukan pengurus IPMAPI saat ini, terutama kedewasaan intelektual yang kurang, secara analisis saya akhir-akhir ini Pengurus IPMAPI keseringan lepas obrolan yang selalu menjadi warga sebagai biang kerok (secara kasarnya) dari segalanya sehingga kemungkinan kemandetan kepengurusan periode ini adalah dari warga. Saya selaku mantan pengurus dua periode sangat salut akan keberanian pengurus dalam menjatuhkan warga sebagai biang kerok kemandetan kepengurusannya. Tapi ingat kita butuh keberanian seorang pengurus mengatakan hal itu dalam forum demi lebih meluruskan kebersamaan dan kekeluargaan di tubuh IPMAPI, secara kasat mata saya katakan: Janganlah ada perbedaan diantara kita, kalau bukan kita siapa yang akan membangun IPMAPI, runtuhnya organisasi itu dari kita semua yang tergolong didalamnya, pecahnya warga dan ketidak jelasan statusnya adalah dari orangnya bukan dari IPMAPI-nya (mungkin tahu maksud saya) karena kurang kontolnya dan lalainya memimpin.

Beberapa hari yang lalu kita membuka forum secara bersama dalam hal memberikan sumbangsisaran untuk pengurus periode ini. Itu merupakan langkah yang sangat baik, karena baik dari pengurus IPMAPI maupun warganya itu sendiri secara terbuka mengeluarkan keluhannya ke pengurus IPMAPI, tapi sayang itu sangat terlambat kenapa tidak dari awal kita bicarakan, tidak apa-apa saya katakan itu adalah rasa solidaritas, katanya. Yang tidak bisa saya katakan secara terbuka (rahasia), karena saya punya nilai khusus untuk lebih jauh mengetahui IPMAPI secara pribadi.

Selamat membangun masa depan yang cerah, mudah-mudahan pengurus IPMAPI yang akan datang lebih baik jauh sebelumnya. Tapi ingat jangan mengambil kesempatan dalam tubuh organisasi kita, kecuali ada manu-politik untuk strategi kedepan (seperti saya menjabat kemarin).

”Jangan pernah berhenti menulis dan berfikir, berfikir dan berfikir terus untuk melakukan hal yang baik demi mencapai cita dan cinta kebahagiaan menuju masa depanmu yang lebih cerah”. (Edy Natsir)
by: Edy

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com