Rabu, 09 Desember 2009

AGAMA BUDHA (Sejarah, Pegaruh dan Perkembanganya)

A. PENDAHULUAN

Agama merupakan suatu catatan kredo atas adanya suatu yang mutlak diluar akal manusia serta adanya suatu sistem ritus yang dilakukan oleh manusia kepada sesuatu yang mutlak serta adanya sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan dengan sesama serta hubungan lingkungan sekitarnya yang sesuai dengan tata keimanan dan tata keibadatan. Agama hanyan di peruntukkan pada manusia-manusia yang berakal sehat. Orang-orang yang tidak berakal sehat tidak memerlukan namanya agama dan hal ini jauh dari fitranya sebagai manusia hidup beragama adalah sesuai dengan martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang telah di tinggikan derajatnya. Makhluk-makhluk lainnya di muka bumi ini lebih rendah martabatnya dan mereka tidak memerlukan agama, oleh sebab itu orang-orang yang membenci dan ingin menghapus agama-agama dimuka bumi ini adalah orang-orang yang belum tahu akan kedudukannya dan merupakan orang yang terhina dan rendah derajatnya di mata Tuhan, atau ia belum tahu seluk beluk agama seperti apa?, padahal kita sudah di karunia martabat yang mulia dan pikiran yang cerdas.

Dari sekian jiwa dari jumlah penduduk didunia ini adalah umat yang beragama. Kalau sekiranya agama itumemang tidak diperlukan dan tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia, niscaya tidak akan terdapat jumlah yang begitu besar dari pemeluk-pemeluk agama dan niscaya tidak akan mewarisi bangunan-bangunan indah yang berupa piramida-piramida, kuil-kuil, candi-candi, gerja-gereja dan mesjid-mesjid yang berjuta-juta jumlahnya tersebar diseluruh pelosok dunia ini 1.
Hidup beragama adalah sesuai dengan fitrah dan tuntunan hati nurani manusia, oleh karena itu orang-orang yang menginkari agama adalah orang yang membohongi hati nuraninya sendiri. Hal ini banyak di buktikan oleh banyak peristiwa-peristiwa dimana-orang-orang yang katanya anti agama atau tidak percaya kepada adanya Tuhan, pada saat-saat mereka mengalami kesulitan atau di waktu mereka hampir mati, lalu mereka baru menyadari dir dan menyebut-nyebut nama Tuhan, orang ini tidak akan mendapat pertolongan disis Tuhan, kecuali ia benar-benar buta dalam agama dan baru ia sadari ketika mendapatkan hidayah dari Tuhan
Pada hakikatnya umat manusia itu di dalam hidupnya selalu diliputi oleh dua hal yang sangat dominan, yaitu harap dan cemas. Harap merupakan kehidupan yang baik, sejahtera, aman, tentram, kecukupan reski serta segala yang menyenangkan dan memuaskan sedangkan, Cemas merupakan kehidupan yang tidak baik, malapetaka, bencana, kesengsaraan dan serba menakutkan.
Disamping itu di dalam hidupnya, manusia diliputi rasa kagum atas segala proses yang terjadi di dalam alam ini, pergantian siang dan malam, timbulnya panas dan dingin dan perbedaan bentuk manusia sekalipun berasal dari bapk dan ibu yang sama.
Dengan adanya gejolak-gejolak manusia tersebut, maka manusia secara lahir dan batin sesuai dengan apa yang diharapkan dan menolak apa yang ditakutkan. Usaha-usaha tersebut dapat dipengaruhi oleh alam/lingkungan di mana manusia itu bertempat tinggal. Usaha-usaha lahiriyah inilah akan melahirkan kebudayaan dan usaha-usaha rohaniah akan lahirkan timbulnya kebutuhan agama atau tuntutan hidup.
Agama Buddha yang lahir dari gejolak-gejolak dan pengalaman-pengalaman lahiriah dan rohaniah inilah kemudian menjadi jawaban terhadap kebutuhan akan rasa aman terutama pada hati manusia. Agama Budha (Buddhisme) sebenarnya merupakan jalan kebijakan (a way of wisdom) yang diajarkan dan di praktikkan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup dengan jalan menggeser atau mengubah sumber-sumber penderitaan dalam perincian kecil-kecilnya. Maka, di dalam makalah ini akan dipaparkan tentang agama Buddha yang merupakan filsafat hidup mengalir dari ajaran-ajarannya menawarkan uraian sistematis mengenai hakikat dan sebab-sebab penderitaan serta menawarkan jalan untuk mengatasi penderitaan tersebut.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Lahirnya Agama Buddha 2
Menurut ahli barat bahwa Siddharta Gautama adalah pendiri Agama Budha, Siddharta Gautama dilahirkan sekitar tahun 563 SM di India bagian timur laut, salah satu intelektual terbesar dan pusat spiritual dunia. Sebuah legenda menceritakan kelahirannya yang menyatakan bahwa Maya, ibunya, memimpikan seekor gajah putih masuk dalam rahimnya. Sepuluh bulan kemudian ia melahirkan dan seketika itu bumi bergetar selama bulan purnama pada bulan Mei. Maya meninggal tujuh bulan kemudian karena, sebagaimana di kisahkan oleh legenda itu, ia yang telah melahirkan seorang Buddha sudah tidak dapat lagi memenuhi keinginan-keinginan dalam kehidupan yang serba mewah oleh bibinya. Siddharta Gautama adalah anak Raja Suddhodana yang memerintah atas suku Sakya dan ia dibesarkan di ibukota kerajaan Kapilawastu dan akhirnya ia wafat pada tahun 483 SM.
Agama ini beroleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada pembangunnya yang mula-mula, Siddharta Gautam (563-483 SM) yang dipanggilkan Buddha.3 Paggilan ini berasal dari akar kata Bodhi (Hikmat)4, yang dalam deklensi (tashrif) yang selanjutnya menjadi Buddhi (nurani) dan menjadi Buddha (yang beroleh nur) 5.
Oleh sebab itulah sebutan Buddha itu pada masa selanjutnya muncul beberapa pengertian yaitu Yang Sadar (Awakened One), Yang Cemerlang (Ilhumened One), dan Yang Beroleh Terang (Englightened One). Panggilan tersebut Siddharta Gautama peroleh seseudah menjalani sikap hidup penuh kesucian, bertapa, berkhalwat, mengembara untuk menemukan kebenaran yang akhirnya ia memperoleh hikmat dan terang dan sampai sekarang ini pohon tersebut mendapatkan panggilan “Pohon Hikmat” (Tree of Bodhi) 6.

2. Ajaran Agama Budha
Buddha berasal dari keturunan keluarga ksatria bangsa Sakya. Setelah lahir ia diberi nama Siddharta 7, ia sering disebut Gautama 8 atau disebut Sakyamuni 9.
Ajaran agama Buddha dapat dirangkum didalam apa yang disebut : Triratna (tiga batu permata) yaitu, Buddha, Dharma dan Sangha.
a. Ajaran tentang Buddha
Bagi kepercayaan Buddhis hidup Sang Buddha sebagai perorangan, sebagai manusia Siddharta atau Gautama atau Sakyamuni tidaklah penting. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan seorang tokoh yang sudah pernah menjelma pada seseorang10.
Menurut keyakinan Buddhis sebelum tahap zaman sekarang ini, sudah ada tahap-tahap zaman yang tak terbilang banyaknya. Tiap zaman memiliki Buddhanya sendiri-sendiri. Oleh karena itu menurut keyakinan Buddhis ada banyak Buddha yaitu orang yang sudah mendapatkan pencerahan Buddhi11.
Sekalipun Siddharta dilahirkanpada tahun 563 SM, akan tetapi menurut keyakinan Buddhis, pada tahun itu Gautama bukan baru untuk pertama kali datang dalam dunia. Sebelum ia dilahirkan sebagai Siddharta ia tetap hidup berjuta-juta abad, dengan nama Sumedha. Pada kelahirnya yang sudah lalu itu Sumedha berhasil untuk semakin mendapatkan hikmat atau ilmu yang semakin tinggi, sehingga ia menjadi Bodhisatwa, yaitu tokoh yang hakikatnya adalah Bodhi.
Selanjutnya tentang tokoh Buddha diajarkan, bahwa sebenarnya tokon ini berasal dari suatu asas rohani, suatu “ke Buddhaan”, suatu tabiat ke Buddhaan, tabiat ke Buddhaan ini tersembunyi di dalam diri orang yang menjadi Buddha, juga didalam diri Siddharta. Tabiat ke Buddhaan inilan yang mengilhami Siddharta untuk mengerjakan kebenaran dan mengajarkannya. Jika Buddha dipandang sebagai asas rohani maka ia disebut Tathagata.

b. Ajaran tentang Dharma atau Damma
Yang disebut Dharma ialah doktrin atau pokok ajaran. Inti ajaran agama Buddha dirumuskan di dalam yang disebut “Empat Kebenaran yang Mulia” (Empat Aryasatyani), yaitu ajaran yang diajarkan Buddha Gautama di Benares sesudah ia mendapatkan pencerahan. Aryasatyani atau kebenaran yang mulia itu terdiri dari empat kata, yaitu : Dukkha12, Samudya13, Nirodha14 dan Marga15.
Buddhisme memisahkan hukum-hukum universal yang disebut Dhamma, yang menguasai keberadaan manusia dan kemungkinan diketahui oleh akal budi. Hubungan antar pribadi harus diselaraskan dengan naorma-norma universal, tanpa menghiraukan waktu dan ruang. Secara teoritis hal ini diandaikan bahwa hal itu hanya berlaku bagi eksistensi manusia tetapi juga berlaku bagi semua makhluk yang ada. Buddhisme menuntut untuk membuat Dhamma yang jelas, yang valid dalam periode yang berbeda-beda dan diantara berbagai orang maupun suku16.

c. Ajaran tentang Sangha
Pengikut Agama Buddha dibagi menjadi dua bagian: yaitu Biksu atau para rahib dan para kaum awam. Inti masyarakat Buddhis dalam arti yang sebenarnya, sebetulnya hanya terdiri para rahib. Sebab hanya hidup kerahibanlah yang dapat menciptakan suasana yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup yang tinggi. Persekutuan para rahib disebut Sangha atau Jemaat.
Didalam kitab Winaya Pitaka, hidup kerahiban ini diatur dengan ditandai tiga hal yaitu: Kemikinan, Hidup membujang dan Ahimsa (tanpa perkosaan).
Yang pertama, seorang rahib harus hidup didalam kemiskinan. Ia tidak diperkenankan memiliki sesuatu, kecuali jubahnya yang harus dibuat dari kasin lampin, selanjutnya tempurung sebagai alat mengemis dan sebuah jarum untuk menjarumi jubahnya dan sebuah tasbih. Semula seorang rahib diharuskan hidup tanpa rumah atau tanpa tempat berlindung yang tetap. Soleh karena itu barang siapa yang ingin menjadi rahib ia harus meninggalkan rumahnya, hidup dari iman saja. Akan tetapi kemudian mereka diperkenankan berkumpul didalam biara.
Yang kedua, seorang rahib harus membujang. Ia tidak diperkenankan berhubungan denga wanita. Sebab hubungan seks dipandang sebagai sumber dosa bahkan termasuk dosa besar, yang menjadikan seorang rahib dikeluarkan dari sangha dalam kemesuman.
Yang ketiga, seorang rahib harus hidup dengan Ahimsa. Tanpa perkosaan. Dalam prakteknya hal ini berarti bahwa ia tak diperkenankan membunuh, melukai dan melukai makhluk lain
Pengikut Buddha yang kedua adalah orang awam. Mereka adalah orang-orang yang mengakui Buddha sebagai pemimpin keagamaannya yang menerima ajarannya, namun tetap hidup didalam masyarakat dengan berkeluarga. Pada hakikatnya para kaum awam tidak dapat mencapai Nirwana17 didalam hidupnya. mereka sudah berada pada awal jalan yang menuju kepada kelepasan. sebab mereka sudah percaya kepada Buddha dan ajarannya. Sekalipun belum sempurna, hal itu sudah berarti juga melepaskan diri dari dunia serta memalingkan pandangannya dari dunia yang tampak, walaupun belum juga mencapainya. Sekalipun semuanya itu belum dapat membawa orang kepada nirwana, namun dapat menjadikan mereka dilahirkan kembali didalam dunia yang lebih baik daripada yang sekarang mereka alami.

3. Kitab Suci Agama Budha
Sampai wafatnya Sang Buddha Gautama tidak meninggalkan kitab yang tertulis. Hanya sejak ia masih hidup banyak ajarangnya yang dihafalkan para pengikut-pengikutnya dengan cermat. Ketika Sang Buddha Gautama wafat maka dipandang perlu oleh para rahib bahwa ajaran Sang Buddha itu harus ditulis dengan kitab18. oleh karena itu kemudian diadakan konsili (rapat agama) yaitu19.

1) Konsili Pertama
Tidak lama setelah Buddha Gautam meninggal (483 SM), sejumlah 900 murid berkumpul di Rajagriha. Di tempat tersebut dibicarakan dan dirumuskan ajaran Sakyamuni tentang pokok-pokok ajaran (Dhamma) dan peraturan beserta tata tertib (Viyana) yang harus ditaati Sang Bikhsu dan Bikshuni dalam masyarakat biara (Sangha). Perumusan pokok-pokok ajaran Sakyamuni turun temurun secara lisan seperti kebiasaan yang berlaku pada saat itu. Keadaan seperti ini meirip dengan proses kodifikasi hadits didalam sejarah agama islam pada abad ke-2 dan ke-3 H, yang kemudian dikumpulkan secara tertulis,


2) Konsili Kedua
Satu abad kemudian konsili pertama, berlangsung musyawarah lagi di Vaisali mengenai peraturan beserta tata tertib (Vinaya) yang harus ditaati setiap rahib dalam masyarakat biara (Sangha). Musyawarah di Vaisali itu merupakan konsili kedua dalam sejarah agama Buddha. Dari musyawarah tersebur memunculkan dua golongan (aliran). Pertama, adalah golongan konservatif yang menyebut dirinya Sthaviravadins, yang pada masa belakangan lebih dikenal dengan aliran Theravada, bersikap mempertahankan kesederhanaan ajaran Sakyamuni, Kedua, golongan liberal yang memberikan penafsiran-penafsiran lebih bebas atas ajaran Sakyamuni dan menyebutkan dirinya Mahasingkas, yang pada masa belakangan lebih dikenal dengan aliran Mahayana

3) Konsili Ketiga
Pada tahun 244 SM berlangsung konsili ketiga di Pataliputera (Patna) atas anjuran kaisar Aoka. Pada masa itulah pokok-pokok ajaran Buddha Gautama itu mulai disusun secara tertulis di dalam Bahaa Pali, terdiri atas tiga himpunan, tiga himpunan itulah yang disebut denga Tripitaka20. Jarak masa antara Sakyamuni dengan penyusunan himpunan tertulis itu telah berlalu tiga abad lamanya. Dalam masa itu berlaku penafsiran-penafsiran lebih bebas dari pihak Mahasangkikas. Dengan begitu telah sulit membedakan manakalah yang betul-betul ucapan Buddha Gautama, karena semuanya disadarkan pada sabda Buddha Gautama.

4) Konsili Keempat
Pada masa itulah berlangsung konsili keempat di kota Jalada dalam wialayh Punjab (pertemuan lima sungai) di bawah prakarsa sekta Sarvastivada, yaitu madzab Theravada21. tripitaka disalin ke dalam Sangkrit, bernama Agamas, bersamaan isinya dengan Nikayas. Pada masa iti Buddha terpecah ke dalam dua madzab besar, yang keduanya mempunyai pokok keyakinan dan ajaran yang sangat berbeda, yaitu madzab Hinayana dan Mahayana..
Pada masa itu disusun tujuh kitab Abhidhamma bahasa Sangskrit berisikan pembahasan-pembahasan yang filosofis atas setiap ajaran dan keyakinan agama.

4. Kota-kota yang Dianggap Suci oleh Pemeluk Agama Budha
Ada empat kota suci yang sampai sekarang masih dianggap suci oleh pemeluk Agama Buddha, yaitu: Pertama, Kapilawastu adalah tempat asal Buddha. Kedua, Boddh Gaya adalah tempat menerima ilham (Boddhi). Ketiga, Benares (Kaci) adalah tempat mengajarkan ilmu. Keempat adalan tempat Buddha Gautama meninggal dunia.

5. Perkembangan Agama Budha
Perkembangan Agama Buddha di bagi menjadi tiga tahapan yaitu:
 Tahap Pertama (Abad Ke-6 hingga Abad Ke-3 SM)
Tahap ini ditentukan oleh dua muktamar yang besar, yaitu muktamar di Rajagraha pada tahun 383 SM dan muktamar di Waisali pada tahun 283 SM. Pada tahun 383 SM, setarus tahun sesudah Sang Buddha masuk Nirwana, diadakan suatu muktamar besar di Rajgraha. Muktamar ini menurut ceritanya diikuti oleh 500 rahib. Pimpinan ada pada Kasyapa Yang Agung. Ada dua orang yang paling penting didalam muktamar ini, yang dipandang masih mengingat akan segala yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri. Yang seorang bernama Ananda, yang dipandang sebagai pengenal sutra. Didalam muktamar ini diputuskan, bahwa mereka akan tetap berpegang kepada peraturan-peraturan yang diberikan olehSang Buddha sendiri, agar kaum awam jangan berpendapat bahwa sekarang para Biksu meninggalkan peraturan Sang Buddha. Selanjutnya di dalam muktamar ini dikumpulkan dan ditetapkan redaksi Sutra dan Winaya Pitaka.
Pada perkembangan selanjutnya terjadi perpecahan diantara para pengiikut Sang Buddha. Golongan yang memegang teguh kepada peraturan-peraturan Winaya menyebut dirinya Sthawirawada (Jemaat dan Murid) sedang golongan yang lebih besar menyetujui adanya perubahan-perubahan yang menyebut dirinya Mahasamghika (Anggota Jemaat ayang Besar). Perpecahan-perpecahan inilah yang menyebahkan perpecahan-perpecahan yang lebih besar yaitu dalam Hinayan dan Mahayana.

 Tahap Kedua (Abad Ke-3 hingga Abad Ke-2 SM)
Pada tahun 269 SM Asoka memerintah pada hingga tahun 233 SM. Mula-mula ia memusuhi Agama Buddha, akan tetapi kemudian ia bertobat. Dibawah pemerintahannya Agama Buddha berkembang dengan cepat hingga sampai di luar India. Ke selatan Agama Buddha mengembangkan sayapnya ke Langka, ke barat hingga Batria dan ke utara hingga ke China. Terlebih-lebih pengaruh Baktia sangat pesat dalam perkembangan Agama Buddha.
Pada tahun 249 SM di Pataliputera diadakan muktamar lagi. Di dalam muktamar ini ditetapkan kitab Abhdidhamma Pitaka, dan kononitas kitab-kitab yang lain diteguhkan lagi.
Sekalipun perpecahan berjalan terus, pada awal abad Ke-2 M di Jalandhara (Kasmir) diadakan muktamar, yaitu pada zaman pemerintahan Raja Kaniska. Tetapi muktamare ini hanya diikuti oleh pengikut Mahayana di India Utara. Disini perpecahan diantara Hinayana dan Mahayana digariskan untuk selama-lamanya.

 Tahap Munculnya Madzab Hinaya dan Mahayana
Bahwa didalam ajaran Agama Buddha terjadi suatu perkembangan yang berbeda-beda, akan mudah dimengerti oleh setiap orang yang memperhatikan, bahwa Buddha pada wafatnya tidak meninggalkan sebuah unstansipun yang berkuasa mengenai ajarannya. Ia tidak menunjuk orang sebagai penggantinya, dan hanya berkata, bahwa barang siapa meneliti ajaran Buddha, maka ia memandang Buddha sendiri. Tetapi ajaran inipun belum ditulis dalam kitab yang sah22.
Meskipun dikatan juga, bahwa Buddha sebentar sebelum meninggal bertanya hingga tiga kali kepada 500 orang Biksu yang dikumpulkan, apakah tidak ada keraguan-keraguan lagi pada mereka tentang ajarannya, dan bahwa tidak seorang pun diantaranya yang memberi jawaban, bahwa ia masih memerlukan keterangan yang lebih jelas, namun tidaklah mengherangkan, jika segerah timbul bermacam-macamaliran (madzab) didalam agama Buddha23.
Pemisahan yang pertama itu terjadi dari suatu golongan, yang mendasarkan pendiriasnnya pada kekuasaan biksu-biksu yang tertua. Mereka disebut dengan golongan Hinayana. Golongan ini berhadapan dengan suatu golongan yang mendasarkan pendiriannya pada keterangan-keterangan ajaran Buddha, seperti yang diterima dari gurunya (Acarya). Golongan kedia ini mewakili suatu pemahaman ajaran itu lebih bebas. Golongan inilah yang kemudian dikenal dengan golongan Mahayana.
Dalam pokoknya ajaran Hinayana mewujudkan suatu perkembangan yang logis dari dasar-dasar yang terdapat di dalam kitab-kitab yang kanonik. Jika ajaran itu diikhtasarkan secara umum, dapat dirumuskan demikian:

a) Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja.
b) Dharma-dhamma itu adalah kenyataan tau realitas yang kecil dan pendek yang
berkelompok sebagai sebab akibat.
c) Tujuan hidup ialah mencapai Nirwana.
d) Cita-cita tertinggi ialah menjadi Arhad, yaitu orang sudah berhenti keinginanya, ketidaktahuannya dan sebagainnya.
Menurut madzab ini, hidup harus menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Buddha untuk mencapai Nirwana. Tiap-tiap orang harus berusaha sendiri dengan tidak mengharapkan pertolongan dari siapapun. Jadi didalam aliran ini titik berat diletakkan pada usaha sendiri untuk mencapai Nirwana dengan tidak mengharap bantuan orang lain. Oleh karena itu hanya beberapa orang yang masuk Nirwana24. Aliran (madzab) tumbuh dan berkembang di Sailan, Birma, Laos, Kamboja dan Annam.
Adapun Madzab Mahayana25 mulai tumbuh dan berkebang sekitar abad Ke-2 M. madzab ini berkembang di Tibet, Mongolia, Tiongkok, Korea dan Jepang. Pokok ajaran Mahayana bertujuan supaya seseorang itu mencapai watak Buddha (Bodhisatwa) yang bebas dari ikatan-ikatan duniawi serta membantu membebaskan manusia dari Dukkha (derita).
Menurut madzab Mahayana bahwa seseorang mungkin dapat memurnikan dirinya sendiri dari segala macam Dukkha tetapi keselamatan yang dicapai itu belum sempurna selama masih ada orang yang belum turut menyadari dan memasuki masyarakat kejiwaan-universil itu yaitu selama masih ada orang lain yang belum terbebas dari Dukkha.

 Tahap Penyebaran Buddha pada Pemerintahan Kaisar Asoka (273-232 M)
Kaisar Asoka menganggap dirinya sebagai kepala masyarakat agama Buddha, dapat dilihat dari kenyataan, bahwa ia mengundang suatu rapat keagamaan dan bahwa atas perintahnya orang-orang yang dinyatakan sebagai orang-orang yang menyimpang dari agama, dikeluarkan dari golongan itu. Berkali-kali ia memperingatkan golongan itu dengan memberi teladan-teladan supaya hidup saleh.
Betapa besar kekuasaan Kaisar Asoka yang diberikan kepada dirinya sendiri didalam soal keagamaan, ia membuka tujuh dari delapan stupa yang didirikan tidak lama sesudah Buddha wafat untum menyimpan benda-benda suci, dan membagi rata benda itu atas 84.000 buah stupa yang didirikannya.
Karena kegiatan penyiarang agama selama zaman Asoka, maka penduduk sungai Indus dan Gandhara yang terletak disitu mengenal ajaran Buddha. Disitulah timbul tanah air yang kedua bagi Agama Buddha di dalam masa kemudian.

 Tahap Penyebaran Buddha di Zaman Modern
Pada tahun 1868-1871 diselenggarakan pertemuan Buddha di Mandalay, Birma oleh Raja Min-Do-Min. inilah suatu titik peermulaan dari penegakan kembali agama Buddha dari keruntuhannya.
Pada tanggal 24 Mei 1956 dipandang sebagai permulaan masa yang kedua agama Buddha. Dalam kebankitan kembali agama Buddha pada dewasa ini dapat kita lihat dua sebuah sifat. Gerakan ini bersifat defensive (bertahan) dan missionaris (pengeluasan). Sifat defensive ini kelihatan pada usahanya untuk menggabungkan semua ajaran Buddha menjadi satu kesatuan yang benar, sedangkan sifat missioner didalam kebangkitan agama Buddha nampak jelas pada pewartaan, bahwa agama Buddha itu satu-satunya yang mempunyai berita yang dapat membawakan keselamatan kepada dunia. Organisasi dari kegiatan missioner ini sudah barang tentu masih belum kuat, namun gejala ini merupakan salah satu unsure yang menentukan didalam perkembangan rohani di Asia Tenggara dewasa ini.
Pada tahun 1954, ketua Buddhist World Fellowship mengunjungi Indias untuk menghadiri pengtahbisan beberapa ribu orang yang baru saja masuk agama Buddha di India Selatan. Agar pekerjaan missioner agama Buddha itu mendapat bantuan dari organisasi-organisasi dunia Maha Bodhi Society for Theravada Buddhism, Young East Association for Mahayana Buddhism dan World Fellowship of Buddhists for World Buddhism. Kegiatan ini dibuat sedemikian rupa agar diharapkan simpatinya dari banyak pemerintah Asia Tenggara dan dunia.
Pada kegiatan penyebaran ini jelas kegiatan, pada periode modern ini penyebaran agama Buddha mengikuti cara pemberitaan injil yang dilakukan oleh gereja-gereja Kristen.

6. Buddhisme Dewasa Ini
Dari beberapa uraian diatas telah diterangkan dari lahirnya sampai berkembangnya agama Buddha didunia ini dalam mencapai kestabilannya. Dan akan dibahas lagi mengenai perkembangannya dewasa ini.
Selama abad ke-20 umat Buddha menderita penganiayaan dan tekanan diberbagai belahan dunia. Sementara itu, ditempat lain, Buddhisme terus berkembang. Sejak awal tahun 1970-an, Buddhisme telah mendapatkan pijakan kaki dibanyak Negara Barat, terutama Inggri dan Amerika Serikat.
Dalam usia 1.500 tahun pertama sejak keberadaanya Buddhisme berkembang dengan pesat di mana Burma (sekarang Myammar), Sri Langka, Thailand, China, Jepang dan Korea memeluk agama ini. Kemudian agama ini tergelincir dalam suatu masa sepi hanya karena kejadian kecil sampai abad ke-20 mulai. Sekarang, Buddhisme bangun dan mulai tumbuh kembali dibanyak tempat.
Buddhisme di Timur
Selama abad ke-20, banyak agama Buddha berada dalam pengawasan komunis dan agama ini mendapat tekanan. Ada lebih dari 6.000 biara di Tiber sebelum China menyerbunya pada tahun 1950-an, tetapi setelah itu banyak diantara biara-biara itu yang tlah dihancurkan. Sekitar 100.000 umat Buddha Tibet diperkirakan telah melarikan diri ke India, dan di Tibet Buddhisme masih berjuang mempertahankan kehidupannya.
Hampir seluruh kuil Buddha di China ditutup atau dihancurkan selama Revolusi Kebudayaan (1966-1076). Pada tahun 1977, kuil-kuil diizinkan untuk dibuka kembali dan sejak 1980 pendidikan rahib-rahib di izinkan kembali. Buddhisme tumbuh di China sekali lagi, khususnya di China bagian Utara, dan mendapatkan pengikut yang besar diantara anak-anak muda yang tertarik dengan filsafatnya.
Ditempat lain Buddhisme masih berjuang. Di Sri Langka, Buddhisme adalah agama terbesar. Sementara itu di Thailand dan Buthan, Buddha menjadi agama Negara. Agama ini sedang melakukan perkembangannya ke Indonesia, Singapura dan Korea Selatan, sedangkan minoritas umat Buddha India sedang melakukan perkembangan. Di India pada tahun-tahun terakhir ini beberapa juta orang Hindu “dari kasta paria” masuk agama Budhha.


C. PENUTUP
Orang sudah mengikuti pengajaran-peengajaran Buddha lebih dari 2.500 tahun –dari India, tempat tinggalnya, tempat kepercayaan ini kuat. Ada hamper 400 juta orang Buddha diseluruh dunia. Ummat Buddha percaya bahwa manusia terikat didalam lingkaran lahir, hidup, dan mati melalui keinginan yang kuat dan bahwa mereka dapat lahir kembali berulangkali sampai tak terhitung jumlahnya dengan tingkatan hidup dan keberadaan yang berbeda-beda. Pengajaran-pengajaran Buddha merupakan bimbingan bagi seluruh ummat Buddha yang mempunyai keinginan besar untuk meningkatkan kebijaksanaan, belas kasihan dan menghindari kekerasan. Akhirnya mereka, seperti Buddha dan lain-lainnya, dapat menerima pencerahan Ummat Buddha percaya akan adanya realitas tertinggi, tetapi mereka tidak menyebut realitas itu “Allah”. Banyak umat Buddha merasa lebih berbahagia bila mereka berbicara tentang “filsafat hidup” daripada berbicara tentang agama.26
Sangat sulit untuk menyusun gambaran sejarah, pengaruh dan perkembagan Agama Buddha dengan keterbatasan referensai atau buku yang dijadikan sebagai rujukan. Tetapi intisari terpenting yang dapat kita ambil dengan mengkaji dan menganalisa tentang ajaran Agama Buddha di dalam makalah ini adalah bahwa tantangan terbesar yang dihadapi oleh semua agama (tidak hanya agama Buddha-Red) didunia dewasa ini, adalah kesanggupannya untuk memberikan pencerahan dan makna pada eksistensinya manusia, menyempurnakan kedamaian hidup serta pembangunan nilai-nilai kemanusiaan (insaniyah).


Catatan Kaki

1. Ahmadi, Abu: Perbandingan Agama, Rineka Cipta, Semarang, 1990, Cet Ke-17, hal 5
2. Untuk mengetahui sejarah kelahiran agama Buddha ini tentunya harus mengetahui sumber-sumber pengetahuan tetang agama Buddha. Sayangnya, sumber-sumber pengetahuan tersebut sudah banyak yang hilang. Yang tinggal hanya petilan-petilan atau fragmen-fragmen saja. Kitab-kitab yang ada ditulis dalam bahasa Pali, ada yang ditulis dalam bahasa China dan ada yang ditulis dalam sanskerta. Kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Pali dipergunakan oleh aliran Therevada dari golongan Hinayana yang terdapat di Sri Langka, Birma, dan Muangthai. Sedang kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa China dipergunakan di China, sedang yang ditulis dalam bahasa Sanskerta kebanyakan dipergunakan oleh aliran Mahayana yang terdapat di Nepal, Tibet, China dan Jepang. Lihat, Hadiwijoyo, Harun. Dr: Agama Hindu dan Buddha, BPK Gunung Mulia. Jakarta 1993, hal. 49.
3. Sou’yb, Joesoef . Agama-agama di Dunia, Pustaka al-Husna, Jakarta. 1983. hal. 72.
4. Bodhi adalah nama pohon di Bodh Gaya. Di bawah pohon tersebut Siddharta Gautama duduk menghadap ke timur dan tifdak akn meninggalkan pohon itu sebelum ia mendapatkan pencerahan. Di bawah pohon tersebut ada 3 tahap yang ia capai, yaitu: pada waktu jaga malam pertama, ia mendapat pengetahuan akan kehidupannya yang terdahulu: pada waktu jaga malam kedua ia menjadi Mahatahu, akhirnya pada waktu jaga malam yang ketiga, ia mendapat pengertian akan pangkal yang bergantungan, yang menjadi awal segala kejahatan. Demikianlah pada waktu matahariterbit dari timur, Siddharta sudah mendapatkan pencerahan yang sempurna.
5. Ibid hal. 72
6. Ibid. di dalam makalah ini kami tidak akan memaparkan cerita yang sudah dikenal tentang Siddharta Gautama, karena kalau dipaparkan secar detail akan memakan banyak halaman dan disamping itu pula ada pertimbangan lain sehingga kami tidak dapat memuat cerita tersebut, sebagaimana E. Senart (1872), seorang ahli harus dipandang sebagai ungkapan yang mengungkapkan mite yang lebih tua. Pendapat ini disesuaikan dengan cerita-cerita mite yang terdapat pada banyak bangsa primitive. Kesimpulan yang diambil oleh Senart ialah, bahwa cerita Buddha Gautama sebenarnya adalah suatu mite atas matahari, pada cerita tentang Buddha Gautama tiada satupun yang secara histories benar-benar ada, Buddha sebenarnya tidak pernah ada, seperti halnya dengan Krisna dan lain-lainnya. Walaupun pendapat tersebut kemudian dibantah oleh H. Oldengberg (1881) dengan argument-argumennya yang berpendapat bahwa Buddha memang benar-benar pernah ada. Untuk mengkompromikan kedua pendapat tersebut, seorang ahli barat lainnya yang bernama H. Kern berpendapat bahwa : Buddha memang pernah ada, tetapi ceritanya diliputi oleh suatu mite tentan matahari.
7. Siddharta artinya orang yang tercapai tujuannya
8. Gautama artinya suatu nama keluarga Buddha adalah suatu gelar kehormatan keagamaan yang berarti yang membangun, maksudnya ialah orang yang telah mendapatkan pandangan yang dalam tentang kelepasan
9. Sakyamuni artinya orang yang bijaksana dari keturunan Sakya.
10. Agama Hindu dan Buddha, Hal. 54
11. menurut Jemaat Selatan sebelum Buddha Gautama sudah ada 24 Buddha yang mendahuluinya. Tetapi menurut Jeaat Utara ada lebih banyak lagi. Sekalipun demikian namun mengenal 7 orang Buddha yasng terlahir ada kesamaan pendapat. Ketujuh Buddha yang terakhir yang pernah menjelma sebagai manusia adalh: Wipasyim, Sikhin dan Wiswabhu, merupakan tiga Buddha yang pernah menjelma menjadi manusia pada zaman emas. Badapun Kakhucanda dan Kanhamuni merupakan dua Buddha yang pernah menjelma menjadi manusia pada zaman Perak. Kasyapa, seorang Buddha yang pernah menjelma menjadi manusia pada zaman tembaga dan Sakyamuni atau Siddharta Gautama, yang pernah menjelma sebagai manusia pada zaman besi. Lihat Agama Hindu dan Buddha, hal. 54.
12. Yang disebut Dukkha ialah penderitaan. Hidup adalah menderita, kelahiran asdalh penderitaan, umur tua adalah penderitaan, sakit adalah penderitaan, disatukan denga yang tidak dikasihi adalahpenderitaan, tidak mencapai yang tidak diinginkan adalah penderitaan: dengan singkat, kelima pelekatan kepada dunia ini adalh penderitaan.
13. Yang dimaksud dengan Samudaya adalah sebab. Penderitaan ada sebabnya. Yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan kepada hidup, serta nafsu yang mencari kepuasan disana-sini, yaitu kehausan kepada kesenangan, kehausan kepada yang ada, kehausan kepada kekuasaan.
14. Yang dimaksud dengan Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesensaraan terjadi dengan penghapusan keinginan secara sempurna, dengan pembuangan keinginan itu, dengan penyangkalan terhadapnya, dengan pemisahannya dari dirinya dan dengan tidak memberi tempat kepadanya.
15. Yang dimaksud dengan Marga ialah jalan kelepasan. Jalan menuju kepada pemadaman penderitaan ada delapan, yaitu: percaya yang benar, maksud yang benar, kata-kata yang benar, perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar dan Samadhi yang benar. Lihat Agama Hindhu dan Buddha, hal. 55-56.
16. FX. Mujdi Sutrisno, Buddhisme; Pengaruh dalam Abad Modern, Kanisius, Yogyakarta, 1993, Cet, hal. 95.
17. Nirwana (Nirvana) adalah tahap manusia berhasil mencapai tujuan yan tinggi dari kehidupan. Tema sentral Buddhisme adalah dengan mengikuti ‘jalan yang benar’ seseorang dapat membebaskan diri dari ikatan dunia dan sampai pada kebenaran tertinggi. Pencapaian penerangan ini di identifikasikan dengan Nirwana, nirwana ideal bagi para prngikut Buddha adalah nirwana pemadaman pendertiaan. Nirwana sebagai tempat kebahagian abadi dan kedamaian dapat dicapai di dunia ini dengan melenyapkan penderitaan dan halangan. Nirwana adalah kebahagian yang tertinggi, kebahagiaan yang tak dapat terkewatkan, dimana penderitaan sudah tidak ada lagi. Lihat Buddhisme: Pengaruh dalam Abad Modern. Hal. 99.
18. Perbandingan Agama, hal. 147
19. Agama-agama di Dunia, hal. 84-85
20. Tripitaka terdiri dari 3 unsur utama:
1) Vinaya Pitaka atau keranjang pengawasan biara, isinya menerangkan tentang tata
tertib.
2) Sutra Pitaka atau keranjang pidato-pidato tentang ajarannya, yaitu menerangkan
khutbah percakapan dengan atau dari Buddha.
3) Abdhidarma Pitaka atau kerangjang penjelasan dogmatic yang didasarkan atas
ajaran itu, jadi menerangkan penjelasan yang bersifat filsafat.
21. Theravada merupakan salah satu aliran agama Buddha yang menganut keyakinan bahwa Sakyamuni itu manusia biasa tetapi telah mencapai pencerahan (Buddhahood). Aliran ini mempertahankan sifat kesederhanaan pada anjuran Sakyamuni. Aliran ini sering disebut dengan aliran Hinayana yang artinya kereta kecil.
22. Dr. A. G. Hong Jr, Ilmu Agama, PT. BPK Gunung Mulya, Jakarta, 1994, Cet Ke-7, hal. 216, dialihbahasakan oleh MD. Koesoemosoesastro dan Soegiarto.
23. Ibid
24. Perbandingan Agama, hal 140
25. Mahayana artinya kereta besar.
26. Keene, Michael, Agama-agama Dunia, hal. 84-85


Daftar Pustaka

1. Hong, AG, Dr, Ilmu Agama, BPK Gunung Mulya, Jakarta, 1994, cet.ke-7
2. Ahmadi Abu, Drs. H, Perbandingan Agama, Rineka Cipta, Jakarta, 1990,cet.ke-8
3. Hadiwijono Harun, Dr, Agama Hindhu dan Buddha, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993,
cet.ke-8
4. Sutrisno Muji, FX. Buddhisme Pengaruhnya dalam Abad Modern, Kanisius, Yogyakarta,
1993, cet.ke-1
5. Sou’yb Joesoef, Agama-agama di Dunia, Pustaka al-Husna, Jakarta, 1989, cet.ke-1.
6.Keene Michael, Agama-agama Dunia,Kanisius, Yogyakarta, 2006,cet.ke-5

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com